Sabtu, 24 Desember 2016

REVIEW JURNAL " SISTEM PAKAR DIAGNOSA DAMPAK PENGGUNAAN SOFTLENS MENGGUNAKAN METODE BACKWARD CHAINING

Sistem Pakar Diagnosa Dampak Penggunaan Softlens
Menggunakan Metode Backward Chaining

Nurmala Mukhtar1, Samsudin
Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer, Universitas Islam Indragiri
Jl. Parit 1, Tembilahan Hulu, Tembilahan, Riau
E-mail: nurmala.mukhtar.ah@gmail.com1, samsudin_as_ad@yahoo.co.id
Masuk: 25 Mei 2014; Direvisi: 6 Juli 2014; Diterima: 15 Juli 2014
                                                              
ABSTRAK
Softlens adalah sejenis lensa yang dibuat dari bahan yang bersifat “lunak”, yaitu silicon hydrogen. Penggunaan softlens dalam jangka waktu lama dapat berpotensi menyebabkan iritasi mata, mata merah dan infeksi. Untuk itu diperlukan sebuah system pakar untuk membantu mendiagnosa dampak penggunaan softlens.
Pembangunan system pakar diagnosa dampak penggunaan softlens ini menggunakan metode backward chaining atau runut balik. Metode runut balik bekerja dengan cara menentukan penyakit yang diderita oleh pengguna softlens kemudian akan dijabarkan sebab-sebab penyakit tersebut.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sistem pakar ini mempermudah pengguna soflens untuk melakukan diagnosa dampak penggunaan softlens berdasarkan gejala yang dialami, dan mengetahui cara penanggulangannya.
Kata kunci: backward chaining, sistem pakar, dampak penggunaan softlens.


Pendahuluan
Konsultasi terhadap seseorang yang memiliki keahlian (expertise) di bidang tertentu dalam menyelesaikan suatu permasalahan merupakan pilihan tepat guna untuk mendapatkan jawaban, saran, solusi, keputusan serta kesimpulan terbaik. Salah satu expertise yang menjadi tujuan masyarakat untuk berkonsultasi adalah dokter spesialis mata (ophthalmologist). Ophthalmologist selalu menangani pasien penderita penyakit mata antara lain gangguan akibat menggunakan softlens.
Softlens atau lensa kontak adalah salah satu alat kedokteran yang bertujuan sebagai pengganti kacamata bagi penderita yang memiliki penglihatan kurang. Namun seiring perkembangan zaman dan teknologi, softlens yang awalnya berfungsi sebagai pengganti kacamata untuk penderita gangguan mata kini berubah menjadi atribut mode atau style. Banyak dari kalangan remaja wanita maupun pria menggunakan softlens hanya untuk kepentingan gaya semata tanpa mengetahui akibat apa yang akan ditimbulkan oleh softlens yang terbuat dari plastik mengandung air. Jika konsumen menggunakannya dalam waktu relatif lama maka softlens akan menyerap air di permukaan mata, hal inilah yang dapat menyebabkan mata perih dan gangguan lainnya.
Penelitian tentang pembuatan sistem pakar menggunakan metode Forward Chaining berguna untuk membantu ketergantungan masyarakat terhadap para medis, memberikan informasi tentang diagnosa dampak dari penggunaan softlens pada mata yang mudah dipahami oleh masyarakat, dengan demikian program ini akan memberikan pembelajaran kepada masyarakat akan pentingnya teknologi informasi yang biasa dimanfaatkan sebagai penyedia informasi tentang berbagai macam penyakit dan solusi pengobatan. Sistem pakar ini tidak berarti menggantikan kedudukan dokter, tetapi hanya dalam pengambilan keputusan, karena mungkin bisa terdapat banyak alternatif yang harus dipilih secara tepat.


TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan pendahuluan diatas , terdapat beberapa tujuan penelitian dalam Sistem Pakar Diagnosa Dampak Penggunaan Softlens Menggunakan Metode Backward Chaining yaitu :
1. Menguji apakah sistem pakar diagnosa dampak penggunaan softlens dapat diterapkan oleh pengguna

2. Mendiagnosa dampak penggunaan softlens


RINGKASAN JURNAL
Ada sepuluh komplikasi yang biasa timbul akibat pemakaian softlens yaitu: noda kornea, blepharitis, reaksi alergi, sindrom mata kering, corneal edema, infeksi mata, infitrates, mocrobila keratitis, vaskularisasi kornea, dan giant papilary conjunctivitis. Kontek diagram menggambarkan desain sistem secara keseluruhan atau secara umum dimana sistem ini terdiri dari entitas pakar dan admin, masukan kemudian diproses oleh system dan menghasilkan keluaran seperti terlihat pada Gambar berikut . 

Data flow diagram level 0 menggambarkan orang yang menggunakan system selanjutnya diproses oleh sistem kemudian data disimpan pada data store, dari data yang telah disimpan tersebut dapat dipanggil kembali sesuai dengan keperluan pengguna sistem, seperti yang terlihat pada Gambar berikut.

Dalam mempresentasikan pengetahuan yang berupa fakta-fakta gejala, jenis gangguan softlens serta solusi menggunakan kaidah produksi yang ditulis dalam bentuk jika-maka (If-Then). Kaidah jika-maka menghubungkan antara gejala-gejala penggunaan softlens dan dampak penggunaan softlens.

Proses yang dilakukan pada fase basis pengetahuan dipresentasikan dengan langkah-langkah berikut yaitu: (1) Menentukan tabel basis pengetahuan, (2) Menyusun rules (aturan gejala), (3) Menentukan tabel keputusan dan (4) Membuat pohon keputusan. Proses ini terlihat pada Tabel 1, 2 dan 3.

Pengguna program ini dapat mengidentifikasi informasi yang terkait dengan system pakar mendiagnosa dampak penggunaan softlens, untuk lebih jelas dapat dilihat pada proses berikut. 1. masuk ke form pertanyaan. Terlihat pada Gambar berikut 
2.       Form pertanyaan ini akan menentukan gejala apa saja yang terdapat dari penyakit pada penderita pengguna softlens. Terlihat pada Gambar berikut
3. Form ini merupakan tahap akhir dari proses pertanyaan yang berisikan solusi dan keterangan mengapa terkena penyakit tersebut. Terlihat pada Gambar berikut

KESIMPULAN
Dari hasil penelitian  Sistem Pakar Diagnosa Dampak Penggunaan Softlens Menggunakan Metode Backward Chaining didapat beberapa kesimpulan diantaranya sebagai berikut, Dari pengujian yang dilakukan bahwa sistem pakar diagnosa dampak penggunaan softlens ini dapat diterapkan dan diterima oleh pengguna,(2) Dengan adanya sistem pakar ini akan mempermudah orang awam untuk melakukan diagnosa dampak softlens dan cara penanggulangannya dan Implementasi dalam inferensi menggunakan metode backward chaining sehingga dapat dengan mudah mengetahui gejala-gejala yang dialami pasien dalam mendiagnosa dampak penggunaan softlens.

DAFTAR PUSTAKA
Dahria, Muhammad. 2012. Implementasi Inferensi Backward Chaining untuk Mengetahui Kerusakan Monitor Komputer. Medan: STMK Triguna Dharma.
Erhet, Rudi. 2012. Sistem Pakar Mendiagnosa Penyakit Kulit. Universitas Islam Indragiri:  Tembilahan.
Fadhilah, A.N., Dini Destiani, dan Dhami Johar. 2012. Perancangan Aplikasi Sistem Pakar Penyakit Kulit pada Anak dengan Metode Expert System Development Life Cycle.
Jurnal Algoritma, ISSN. 2302-7339, Vol. 09, No. 13.
Handojo, A. dan M. Isa Irawan. 2009. Perancangan dan Pembuatan Aplikasi Sistem Pakar untuk Permasalahan Tindak Pidana terhadap Harta Kekayaan. Universitas Kristen Petra.
Hartati, Sri dan Sari Iswanti. 2008. Sistem Pakar dan Pengembangannya. Graha Ilmu: Yogya karta.
Lempao, Conny Theodora. 2011. Sistem Pakar untuk Mendiagnosa Kecendrungan Prilaku Abnormal. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer AMIKOM.
Maradesa, Edar. 2012. Penerapan Metode Backward Chaining untuk Diagnosa Penyakit Katarak. Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo.
Minarni dan Rahmat Hidayat. 2013. Rancang Bangun Aplikasi Sistem Pakar untuk Kerusakan
Komputer dengan Metode Backward Chaining. Jurnal TEKNOIF, Vol.1, No.1.
Puspita, M., Zaenal Wafa, dan Afhal Syafnur. 2013. Aplikasi Sistem Pakar Web dalam Menganalisa Sakit Jiwa. Padang: Universitas Putra Indonesia.
Rachmawati, Dhani Johar, dan Ate Susanto. 2012. Aplikasi Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Asma. Garut: Sekolah Tinggi Teknologi.
Ramadhan, Mukhlis. 2011. Sistem Pakar dalam Mengidentifikasi Penyakit Kanker pada Anak Sejak Dini dan Cara Penanggulangannya. Medan: STMK Triguna Dharma.
Reisa, R., Jusak dan Dantjawati. 2013. Sistem Pakar untuk Diagnosa Penyakit Mata. Surabaya:STIKOM.
Saputra, Andri. 2011. Sistem Pakar Identifikasi Penyakit Paru-paru pada Manusia Menggunakan Pemrograman Visual Basic 6.0. Jurnal Tekonomatika, Vol 1, No. 3.
Sutojo, T., Edy Mulyanto, dan Vincent Suhartono. 2010. Kecerdasan Buatan. Yogyakarta:Andi.
Syahril, Muhammad. 2011. Konversi Data Training tentang Penyakit Hipertensi menjadi Bentuk Pohon Keputusan dengan Teknik Klasifikasi Menggunakan Tools Rapid miner 4.1. Jurnal SAINTIKOM, Vol.10, No.2.










                     





Kamis, 03 November 2016

SISTEM CERDAS

Pengertian, Sejarah Singkat dan Contoh Teknologi Sistem Cerdas

Kecerdasan buatan Artificial Intelligent(AI) merupakan cabang terpenting dalam dunia komputer. Komputer tidak hanya alat untuk menghitung, tetapi diharapkan dapat diberdayakan untuk mengerjakan segala sesuatu yang bias dikerjakan oleh manusia. Manusia mempunyai pengetahuan, pengalaman dan kemampuan penalaran dengan baik, agar komputer bisa bertindak seperti dan sebaik manusia, maka komputer juga harus dibekali pengetahuan dan mempunyai kemampuan untuk menalar. dan dalam merepresentasikan pengetahuan lebih banyak menggunakan bentuk simbol-simbol daripada bilangan dan proses informasi berdasarkan metode heuristic1 atau dengan berdasarkan sejumlah aturan.
Artificial Intelligence (AI) merupakan sub bidang pengetahuan komputer yang khusus ditujukan untuk membuat software dan hardware yang sepenuhnya bisa menirukan beberapa fungsi otak manusia.
Kecerdasan Buatan dapat dipandang dari sudut pandang, antara lain :
1. Sudut Pandang Kecerdasan : Kecerdasan buatan akan membuat mesin menjadi 'cerdas' (mampu berbuat seperti apa yang dilakukan oleh manusia).
2. Sudut Pandang Penelitian : Kecerdasan buatan adalah suatu studi bagaimana membuat agar komputer dapat melakukan sesuatu sebaik yang dikerjakan oleh manusia. Domain Penelitian dalam kecerdasan buatan :
  • Mundane task
  1. Persepsi (vision & speech).
  2. Bahasa alami (understanding, generation & translation).
  3. Pemikiran yang bersifat commonsense.
  4. Robot control.
  5. Formal task
  • Permainan/games.
  1. Matematika (geometri, logika, kalkulus integral, pembuktian).
  • Expert task
  1. Analisis finansial.
  2. Analisis medikal.
  3. Analisis ilmu pengetahuan. Rekayasa (desain, pencarian kegagalan, perencanaan manufaktur).
3. Sudut pandang Bisnis : Kecerdasan buatan adalah kumpulan peralatan yang sangat powerfull dan metodologis dalam menyelesaikan masalah-masalah bisnis.
4. Sudut pandang Pemrograman : Kecerdasan buatan meliputi studi tentang pemrograman simbolik, penyelesaian masalah (problem solving) dan pencarian (searching).

Sejarah Sistem Cerdas  
Pada awal abad 17, René Descartes mengemukakan bahwa tubuh hewan bukanlah apa-apa melainkan hanya mesin-mesin yang rumit. Blaise Pascal menciptakan mesin penghitung digital mekanis pertama pada 1642. Bertrand Russell dan Alfred North Whitehead menerbitkan Principia Mathematica, yang merombak logika formal.
Warren McCulloch dan Walter Pitts menerbitkan "Kalkulus Logis Gagasan yang tetap ada dalam Aktivitas " pada 1943 yang meletakkan pondasi untuk jaringan syaraf.

Tahun 1950-an adalah periode usaha aktif dalam AI. Program AI pertama yang bekerja ditulis pada 1951 untuk menjalankan mesin Ferranti Mark I di University of Manchester (UK): sebuah program permainan naskah yang ditulis oleh Christopher Strachey dan program permainan catur yang ditulis oleh Dietrich Prinz. John McCarthy membuat istilah "kecerdasan buatan " pada konferensi pertama yang disediakan untuk pokok persoalan ini, pada 1956. Dia juga menemukan bahasa pemrograman Lisp. Alan Turing memperkenalkan "Turing test" sebagai sebuah cara untuk mengoperasionalkan test perilaku cerdas. Joseph Weizenbaum membangun ELIZA, sebuah chatterbot yang menerapkan psikoterapi Rogerian.

Selama tahun 1960-an dan 1970-an, Joel Moses mendemonstrasikan kekuatan pertimbangan simbolis untuk mengintegrasikan masalah di dalam program Macsyma, program berbasis pengetahuan yang sukses pertama kali dalam bidang matematika. Marvin Minsky dan Seymour Papert menerbitkan Perceptrons, yang mendemostrasikan batas jaringan syaraf sederhana dan Alain Colmerauer mengembangkan bahasa komputer Prolog. Ted Shortliffe mendemonstrasikan kekuatan sistem berbasis aturan untuk representasi pengetahuan dan inferensi dalam diagnosa dan terapi medis yang kadangkala disebut sebagai sistem pakar pertama. Hans Moravec mengembangkan kendaraan terkendali komputer pertama untuk mengatasi jalan berintang yang kusut secara mandiri.

Pada tahun 1980-an, jaringan syaraf digunakan secara meluas dengan algoritma perambatan balik, pertama kali diterangkan oleh Paul John Werbos pada 1974. Tahun 1990-an ditandai perolehan besar dalam berbagai bidang AI dan demonstrasi berbagai macam aplikasi. Lebih khusus Deep Blue, sebuah komputer permainan catur, mengalahkan Garry Kasparov dalam sebuah pertandingan 6 game yang terkenal pada tahun 1997. DARPA menyatakan bahwa biaya yang disimpan melalui penerapan metode AI untuk unit penjadwalan dalam Perang Teluk pertama telah mengganti seluruh investasi dalam penelitian AI sejak tahun 1950 pada pemerintah AS.
Tantangan Hebat DARPA, yang dimulai pada 2004 dan berlanjut hingga hari ini, adalah sebuah pacuan untuk hadiah $2 juta dimana kendaraan dikemudikan sendiri tanpa komunikasi dengan manusia, menggunakan GPS, komputer dan susunan sensor yang canggih, melintasi beberapa ratus mil daerah gurun yang menantang.

Contoh Teknologi Sistem Cerdas 
 
1. Robot Ashimo milik honda yang bisa menar-nari ketika ada manusia yang memberikan contoh gerakan menari salah satu bentuk aplikasi teknologi sistem cerdas dalam robotika. Karena  robot ashimo tersebut dapat bereaksi dan dapat mengenali rasa dan emosional yang ditangkapnya ketika manusia memberikan aksi berupa mengajak menari

2. Teknologi Sistem Cerdas kereta api kecepatan tinggi di cina

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgGQMR58-B4Zw97yTeiCX1TeTSCV1Mei-7ENDyAmBHpmOZ_mPDnpDAsrebPf-6LLeviy5NCXhYT1f0DpDmHJoyBJn8YkE-dASatjzGYnV5OuZimtqJf2Rt2MxcOP5wvHQAcD8alq2Bjfsk/s550/csr.jpg

Foto yang menunjukkan teknologi sistem cerdas pertama untuk kereta kecepatan tinggi china di produksi oleh CSR Qingdao Sifang Co, Ltd di Qingdao, sebuah kota pantai di provinsi shandong China Timur. Tes kereta api, kecepatan tinggi (CRH) 380A kereta sebagai platform teknis adalah kendaraan transportasi besar pertama china yang menerapkan internet teknologi things dan teknologi jaringan sensor dimana penumpang bisa menikmati layanan informasi modern seperti e-ticket dan wifi.

Sumber :
https://kidodi.wordpress.com/2012/02/19/pengertian-sistem-cerdas/
http://sandra4info.blogspot.co.id/p/sistem-cerdas.html
http://ismailadha.blogspot.co.id/2008/03/sejarah-sistem-cerdas.html
http://pelastikroll.blogspot.co.id/2016_10_01_archive.html?view=classic
http://chindonews.blogspot.co.id/2013/07/sistem-cerdas-kereta-api-kecepatan.html


Senin, 02 Mei 2016

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
          Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan suatu sistem informasi berbasiskan komputer yang berkembang pesat pada beberapa tahun terakhir ini. Sistem Informasi Geografis adalah suatu sistem informasi berbasiskan komputer untuk menyimpan, mengelola dan menganalisis, serta memanggil data bereferensi geografis. Dengan memanfaatkan SIG akan memberikan kemudahan kepada para pengguna atau para pengambil keputusan untuk menentukan kebijksanaan yang akan diambil, khususnya yang berkaitan dengan aspek keruangan (spasial). [Prahasta, Eddy.2001]

1.2 Tujuan
          Tujuan dari pemanfaatan Sistem Informasi Geografis adalah untuk mempermudah mendapatkan informasi yang telah diolah dan tersimpan sebagai atribut suatu lokasi atau obyek.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Sistem Informasi Geografis (SIG)
            Definisi SIG kemungkinan besar masih berkembang, betambah dan sedikit bervariasi. Hal ini terlihat dari banyaknya definisi SIG yang telah beredar diberbagai sumber pustaka.
                SIG mempunyai kemampuan untuk menghubungkan berbagai data pada suatu titik tertentu di bumi, menggabungkannya, menganalisa dan akhirnya memetakan hasilnya. Data yang diolah SIG adalah data spasial yaitu sebuah data yang berorientasi geografis dan merupakan lokasi yang memiliki sistem koordinat tertentu, sebagai dasar referensinya.

2.2 Subsistem Sistem Informasi Geografis (SIG)
            SIG dapat diuraikan menjadi beberapa subsistem sebagai berikut :
a. Data Input
    Susbsistem ini bertugas untuk mengumpulkan, mempersiapkan dan menyimpan data spasial dan atributnya dari berbagai sumber. Subsistem ini pula yang bertanggung jawab dalam mengonversikan atau mentransformasikan format-format data aslinya ke dalam format yang dapat digunakan oleh perangkat SIG yang bersangkutan.
b. Data Output
    Subsistem ini bertugas untuk menampilkan atau menghasilkan keluaran (termasuk mengekspornya ke format yang dikehendaki) seluruh baris data (spasial) baik dalam bentuk softcopy maupun hardcopy seperti halnya table, grafik, report, peta dan lain sebagainya.
c. Data Management
    Subsistem ini mengorganisasikan baik data spasial maupun table-tabel terkait kedalam sebuah sistem baris data sedemikian rupa hingga mudah dipanggil kembali atau di-retrieve, diupdate dan di edit.

d. Data Manipulation & Analysis
    Subsistem ini menentukan informasi-informasi yang dapat dihasilkan oleh SIG. selain itu subsistem ini juga melakukan manipulasi (evaluasi dan penggunaan fungsi-fungsi dan operator matematis & logika) dan pemodelan data untuk menghasilkan informasi yang diharapkan.

Subsistem SIG  tersebut dapat diilustrasikan sebagai berikut :
Gambar 1. Ilustrasi Uraian Subsistem SIG

2.3 Sejarah Sistem Informasi Geografis (SIG)
            Sistem ini pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1972 dengan nama Data Banks For Development. Munculnya istilah Sistem Informasi Geografis seperti sekarang ini setelah dicetuskan oleh General Assembly dari International Geographical Union di Ottawa Kanada pada tahun 1967. Dikembangkan oleh Roger Tomlinson, yang kemudian disebut CGIS (Canadian GIS-SIG Kanada). CGIS digunakan untuk menyimpan, menganalisa dan mengolah data yang dikumpulkan untuk inventarisasi Tanah Kanada (CLI-Canadian Land Inventory) yang merupakan sebuah inisiatif untuk mengetahui kemampuan lahan diwilayah pedesaan kanada dengan memetakan berbagai informasi pada tanah pertanian, pariwisata, alam bebas, ungags dan penggunaan tanah pada skala 1:250000.
                Sejak saat itu Sistem Informasi Geografis berkembang dibeberapa benua terutama Benua Amerika, Benua Eropa, Benua Australia dan Benua Asia. Seperti di Negara-negara yang lain, di Indonesia pengembangan SIG dimulai di lingkungan pemerintahan dan militer. Perkembangan SIG menjadi pesat semenjak di tunjang oleh sumberdaya yang bergerak di lingkungan akademis(kampus).
                Dalam sejarahnya penggunaan SIG modern (berbasis komputer, digital) dimulai sejak tahun 1960-an, pada saat itu untuk menjalankan perangkat SIG diperlukan komputer mainframe khusus dan mahal. Dengan perkembangan komputer PC, kecanggihan CPU, dan semakin murahnya memori, sekarang SIG tersedia bagi siapapun dengan harga murah.
2.4 Komponen Utama Sistem Informasi Geografis
1.            Manusia, dalam arti orang yang mengoperasikan atau menggunakan peranti SIG dalam pekerjaannya.
2.            Aplikasi, merupakan prosedur yang digunakan mengolah data menjadi informasi misalnya penjumlahan, klasifikasi, tabulasi dan lainnya.
3.            Data, berupa data spasial/grafis dan data atribut. Data spasial merupakan data berupa representasi fenomena permukaan bumi yang dapat berupa foto udara, citra satelit, koordinat dan lainnya. Data atribut adalah data yang merepresentasikan aspek deskriptif dari fenomena yang dimodelkan seperti data sensus penduduk, jumlah penganguran dan lainnya.
4.            Software, merupakan perangkat lunak SIG berupa program aplikasi yang memiliki kemampuan pengolahan, penyimpanan, pemrosesan, analisis dan penayangan data spasial. Contoh software SIG yaitu Arc View, Map Inf, ILWIS.
5.            Hardware, yaitu perangkat keras yang dibutuhkan untuk menjalankan sistem komputer seperti CPU, plotter, digitizer, RAM, hardisk dan lainnya.
6.            Metode, merupakan cara/tahapan yang dilakukan dalam pengoperasian SIG mulai dari awal sampai akhir. 

2.4 Peranan Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam Pembangunan Yang Berwawasan Lingkungan
Pembangunan  daerah  di  masa  depan  pada akhirnya akan bergantung kepada daerah itu sendiri. Hal  ini  disebabkan  adanya  penerapan  otonomi pemerintahan  daerah  dimana  setiap  daerah bertanggung  jawab  untuk  dapat  mengembangkan daerahnya  sesuai  dengan  potensi  dan  rencana  yang dipunyai. Sejalan dengan itu, sikap para pengambil keputusan  pun  pada  saat  ini  dituntut  untuk  lebih terbuka  (transparan)  sehingga  masyarakat  dapat mengetahui  keputusan  dan  latar  belakang  dari kebijakan yang ditetapkan.
Dalam  pelaksanaan  otonomi,  daerah  harus menggali  dan  mengembangkan,  secara  optimal, potensi dan sumber daya yang ada pada daerahnya demi sebesar-besarnya kemakmuran daerah tersebut. Langkah awal  yang harus dilakukan adalah dengan menginventarisasi  keberadaan  segala  sumber  daya yang  tersedia.  Salah  satu  caranya  ialah  dengan membangun suatu pusat basis data sumber daya alam dalam media komputer yang terintegrasi dengan SIG. SIG harus tersusun dengan baik dimana semua data daerah,  baik  data  parsial  maupun  data  tekstual, disimpan  dan  dikelola  sehingga  untuk  memperoleh informasi  dapat  dilakukan  dengan  cepat  dan  tepat. Seperti  diketahui,  RUTR  (Rencana  Umum  Tata Ruang),  baik  Kabupaten,  Kota  maupun  Wilayah, merupakan  pedoman  bagi  pemerintah  daerah  untuk menetapkan  lokasi  dan  manfaat  ruang  dalam menyusun  program-program  dan  proyek-proyek pembangunan selama jangka waktu tertentu (setahun atau lima tahun). Dalam menyusun RUTR-K/W ini diperlukan data yang menyangkut aspek fisik, sosial dan  ekonomi  yang  berlangsung  di  daerah  tersebut. Dengan  diperolehnya  data  tersebut, potensi/kemampuan,  kelemahan,  kesempatan  dan kendala  (Strength,  Weakness,  Opportunity,  Threat) dapat  diperkirakan  sehingga  dapat  disusun  suatu strategi  pengembangan  daerah  yang  efektif  dan efisien serta berwawasan lingkungan. Sumber data yang diperlukan diperoleh dari berbagai  instansi  seperti  misalnya  Biro  Pusat Statistik.  Dengan  memanfaatkan  SIG  dimana  data yang  disimpan  tersebut  berupa  data  digital  maka informasi yang diperlukan untuk proses perencanaan dapat  dilakukan  secara  mudah  dan  cepat.  Misalkan untuk aplikasi analisis kesesuaian fisik lahan. Salah satu metoda untuk memperoleh inforrnasi kesesuaian lahan ini ialah dengan memberikan score pada setiap jenis data yang digunakan sesuai kondisi data tersebut misalnya  jenis  tanah,  tingkat  kemiringan  lereng, jumlah curah hujan pertahunnya dan data lain yang ada.  Umumnya  proses  ini  diIakukan  dengan menggunakan analisis tumpang tindih (overlay) dari seluruh data yang berupa peta-peta tematik sehingga dapat  dilakukan  penjumlahan  score  untuk menentukan  kesesuaian  lahan  berdasarkan  kriteria yang dipakai. 

2.5 Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) Site Plan Property Berbasis Web (Studi Kasus StarGroup Property Development) dan Pemanfaatan SIG
            ABSTRAK Sistem Informasi Geografis adalah sistem informasi khusus yang mengelola data yang memiliki informasi spasial (bereferensi keruangan). Atau dalam arti yang lebih sempit, adalah sistem komputer yang memiliki kemampuan untuk membangun, menyimpan, mengelola dan menampilkan informasi berefrensi geografis, misalnya data yang diidentifikasi menurut lokasinya, dalam sebuah database. Para praktisi juga memasukkan orang yang membangun dan mengoperasikannya dan data sebagai bagian dari sistem ini. Dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat saat ini, memunculkan suatu ide atau gagasan dari penulis untuk mencoba mengimplementasikan salah satu program aplikasi SIG ke dalam membentuk Informasi tata letak perumahan STARgroup Property Development Bandung. Penulis mencoba membangun sebuah aplikasi yang akan membantu untuk mempermudah dalam pencarian seperti informasi tipe rumah, denah rumah, model rumah, spesifikasi material rumah, letak strategis perumahan dan titik-titik letak perumahan yang tersebar di kota Bandung. dengan tujuan untuk mempermudah dalam promosi perumahan yang sedang dikembangkan kepada konsumen dalam hal informasi letak perumahan STARgroup Property Development Bandung. Sistem yang akan dibuat adalah “Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) Site Plan Property Berbasis Website. Menggunakan Google Maps API, Adobe Dreamweaver CS5.5, PHPMyAdmin, PHP dan MySQL.” Sistem ini akan menggunakan Metodologi Prototyping serta tool untuk pemodelan menggunakan UML (Unified Modeling Language). Sistem ini menggunakan aplikasi Google Maps API Untuk menampilkan peta GIS (Geographyc Infrmation System), Adobe Dreamweaver CS5.5 untuk Mendesain aplikasi, PHP sebagai framework aplikasi untuk membaca bahasa pemrograman PHP, PHPMyAdmin sebagai tools untuk mengelola Database berbasis Web dan MySQL sebagai database server. Kata Kunci : UML, Prototyping, Google Maps API, Adobe Dreamweaver CS5.5, Site Plan.
Sistem Informasi Geografis dapat dimanfaatkan untuk mempermudah dalam mendapatkan data-data yang telah diolah dan tersimpan sebagai atribut suatu lokasi atau obyek. Data-data yang diolah dalam SIG pada dasarnya terdiri dari data spasial dan data atribut dalam bentuk dijital. Sistem ini merelasikan data spasial (lokasi geografis) dengan data non spasial, sehingga para penggunanya dapat membuat peta dan menganalisa informasinya dengan berbagai cara. SIG merupakan alat yang handal untuk menangani data spasial, dimana dalam SIG data dipelihara dalam bentuk digital sehingga data ini lebih padat dibanding dalam bentuk peta cetak, table, atau dalam bentuk konvensional lainya yang akhirnya akan mempercepat pekerjaan dan meringankan biaya yang diperlukan
Ada beberapa alasan yang mendasari mengapa perlu
menggunakan SIG, alasan yang mendasarinya adalah:
  1. SIG menggunakan data spasial maupun atribut secara terintergarsi
  2. SIG dapat memisahkan antara bentuk presentasi dan basis data
  3. SIG memiliki kemampuan menguraikan unsure-unsur yang ada dipermukaan bumi ke dalam beberapa layer atau coverage data spasial
  4. SIG memiliki kemampuan yang sangat baik dalam menvisualisasikan data spasial berikut atributnya
  5. Semua operasi SIG dapat dilakukan secara interaktif
  6. SIG dengan mudah menghasilkan peta -peta tematik
  7. SIG sangat membantu pekerjaan yang erat kaitanya dengan bidang spasial dan geoinformatika.

Posisi GIS dengan segala kelebihannya, semakin lama semakin berkembang bertambah dan bervarian. Pemanfaatan GIS semakin meluas meliputi pelbagai disiplin ilmu, seperti ilmu kesehatan, ilmu ekonomi, ilmu lingkungan, ilmu pertanian, militer dan lain sebagainya.
Berikut ini adalah beberapa contoh aplikasi SIG:
  1. Pengelolaan Fasilitas : Peta skala besar, network analysis, biasanya digunakan untuk pengolaan fasilitas kota. Contoh aplikasinya adalah penempatan pipa dan kabel bawah tanah, perencanaan fasilitas perawatan, pelayanan jaringan telekomunikasi
  2. Pengolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan: Untuk tujuan ini pada umumnya digunakan citra satelit, citra Landsat yang digabungankan dengan foto udara, dengan teknik overlay. Contoh aplikasinya adalah studi kelayakan untuk tanaman peranian, pengelolaan hutan dan analisis dampak lingkungan
  3. Bidang Transportasi: Untuk fungsi ini digunakan peta skala besar dan menengah dan analisis keruangan, terutama untuk manajemen transit perencanaan rute, pengirimsn teknisi, analisa pelayanan, penanganan pemasaran dan sebagainya.
Gambar 7. Contoh aplikasi SIG dalam 3 dimensi
Gambar 8 . Contoh Aplikasi SIG jalan di Web browser
  1. Jaringan telekomunikasi : GIS digunakan untuk memtakan Sentral MDF (Main Distribution Poin), kabel primer, Rumah Kabel, kabel Sekunder, Daerah Catu Langsung dan seterusnya sampai ke pelanggan. Dengan GIS kerusakan yang terjadi dapat segera diketahui.
  2. Sistem Informasi Lahan : Untuk keperluan ini yang digunakan adalah peta kadastral skala besar atau peta persil tanah dan analisi keruangan untuk informasi kadatral pajak.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sistem sebagai seperangkat bagian-bagian yang saling berhubungan erat satu dengan lainya untuk mencapai suatu tujuan bersama, terdiri dari beberapa subsistem, yang merupakan bagian yang terpisahkan dari sistem . Sistem mempunyai beberapa karakter yaitu mempunyai komponen, mempunyai batas, mempunyai masukan dan keluaran, pengolahan sistem, lingkungan luar sistem, dan sasaran atau goal.
Sistem Informasi, merupakan suatu cara yang terorgansisir mengumpulkan, memasukan dan memproses data, mengendalikan dan menghasilkan informasi dengan berbasis proses manual atau komputer untuk mencapai sasaran dan tujuan organisasi. struktur dan cara kerja sistem informasi berbeda-beda tergantung pada macam keperluan atau macam permintaan yang harus dipenuhi.
Sistem Informasi Geografis sebagai suatu sistem yang berbasis komputer dan memiliki kemampuan dalam menangani data bereferensi geografis yaitu penyimpanan data, manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan kembali), manipulasi dan analisis data, serta keluaran sebagai hasil akhir (output). Hasil akhirnya dapat dijadikan acuan untuk pengambilan keputusan.SIG bisa menjadi alat yang sangat penting pada pengambilan keputusan untuk pembangunan berkelanjutan. Karena SIG memberikan informasi pada pengambil keputusan untuk analiss dan penerapan database keruangan.

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA